LARANGAN DAN AMALAN SUNAT KETIKA HAID



Amalan ketika haid. Apakah amalan-amalan sunat yang boleh untuk seorang wanita lakukan ketika haid? Alhamdulillah.. jika diteliti terdapat banyak sekali amalan wanita ketika haid, selain hal-hal atau perkara-perkara yang dilarang serta diharamkan bagi seorang wanita yang sedang haid maka insya-Allah amalan-amalan tersebut adalah amal shalih yang mendatangkan pahala daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tambahan pula jika amalan itu disertai dengan niat yang ikhlas dan ittiba’ (yakni sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Adapun hal-hal yang dilarang dilakukan oleh wanita haid, dan wanita nifa s: 

1. Shalat dan Puasa
 – “Bukankah jika wanita itu haid, maka ia tidak shalat, dan tidak puasa?” [ Riwayat Bukhari]
 

2. Memasuki masjid (terdapat ikhtilaf di kalangan ulama)“Aku tidak menghalalkan masjid untuk wanita haid, dan orang-orang dalam keadaan junub”[ RiwayatAbu Daud] 

3. Perceraian
 – wanita haid tidak boleh dicerai, namun harus menunggu hingga ia suci
Berhubungan suami isteri. “ Oleh sebab itu, hendaklah kalian menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan janganlah kalian mendekati mereka sebelum mereka suci “(Al-Baqarah: 222) 

4. Membaca Al-Qur’an
 (terdapat perbezaan pendapat) 

Thawaf, “Lakukanlah apa yang dilakukan jemaah haji, hanya saja jangan melakukan tawaf di Ka’bah sebelum kamu suci”.[Riwayat Muslim] 

Manakala, diantara hal-hal yang diperbolehkan bagi wanita haid : 

1. Berdzikir 

Berdzikir boleh dilakukan wanita haid. Hal ini lebih baik daripada sekadar membiarkan lisan dan hati kita lalai dari mengingat Allah. Atau membiarkan lisan dan hati kita untuk hal-hal maksiat seperti bergunjing dan membicarakan serta memikirkan hal yang sia-sia. Dzikir selain bisa mengingatkan kita pada Allah, menenteramkan hati juga mendatangkan pahala. 

2. Ihram, wukuf di Arafah


“Menjadi kewajiban bagi manusia terhadap Allah, mengerjakan haji di Baitullah, yakni bagi orang-orang yang mampu mengunjunginya.” 
(Ali Imran: 97)Namun terkadang wanita terhalang haid, sehingga ada beberapa hal yang tak boleh dikerjakan seperti melakukan thawaf dan dua rakaat shalat thawaf. Selain itu semua manasik haji boleh dikerjakan oleh wanita haid dan nifas. Jadi wanita yang dalam keadaan haid dan nifas boleh melakukan ihram. Seperti disebutkan dalam sebuah hadits Aisyah x yang meriwayatkan kasus Asma’ binti Umais. Asma’ melahirkan di Syajarah. Lalu Rasulullah n menyuruhnya mandi dan sesudah itu langsung ihram. 

3. Melayani suami 


Selama menjalani fitrahnya mengalami haid, bukan berarti wanita tidak boleh membahagiakan suami. Seorang istri tetap harus siap melayani suaminya, khususnya kebutuhan biologisnya. Meski diharamkan melakukan persetubuhan (senggama), suami dibolehkan bersenang-senang dengan istri pada bagian pusar ke atas atau selain kemaluan. Haram menolak ajakan suami, kecuali ada hal-hal yang mengakibatkan risiko jika berhubungan badan. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda,“Jika suami mengajak istrinya ke ranjangnya (untuk berjima’) kalau istri tidak mau melayaninya sehingga ia marah kepadanya, maka malaikat melaknatnya hingga subuh.” (Riwayat Bukhari Muslim) Bukankah taat pada suami selama tidak bermaksiat pada Allah serta mengakui hak suami atasnya memiliki pahala yang besar laksana pahala jihad? Tak hanya itu, wanita shalihah selalu menyenangkan bagi suaminya. Seperti sabda Nabi S.A.W. :

"Tidakkah mau aku khabarkan kepada kalian tentang sesuatu yang paling baik dijadikan bekal seseorang? Wanita yang baik (shalihah), jika dilihat suami ia menyenangkan, jika diperintah suami ia mentaatinya, dan jika (suami) meninggalkannya ia menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Riwayat Abu Dawud dan An-Nasa’i) 

Makan dan minum bersama wanita haid” Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang makan bersama wanita haid, kemudian beliau bersabda : ”Makanlah bersamanya.”[Diriwayatkan Ahmad, At-Tirmidzi, hadits Hasan] 

4. Menghadiri majlis ilmu


Selain hal-hal yang disebutkan di atas, kegiatan lain yang bisa dilakukan adalah menghadiri majlis ilmu/ta’lim selama majlis tersebut tidak berlangsung di masjid. Hal ini disebabkan larangan bagi wanita haid untuk masuk ke masjid. 

Selama majlis tersebut bebas dari tabarruj dan ikhtilat serta bermanfaat, alangkah baiknya mengisi waktu dengan hal-hal bermanfaat. Kegiatan ini juga menghindarkan kita dari angan-angan kosong atau sekadar melamun tanpa guna atau membiarkan waktu terlewat tanpa guna. Berkumpul bersama orang-orang shalih, membaca buku-buku yang bermanfaat, mendengarkan murajaah bacaan al-Quran juga mengandung nilai-nilai ibadah. Tak hanya itu, melakukan tugas harian sebagai istri dan ibu yang baik selama dilakukan dengan tulus juga bermakna ibadah. Insyaallah boleh menjadi pengisi pundi-pundi amal kita, meskipun kita tengah terhalang fitrah haid. 

Memang, mungkin kita tak mampu meniru amal ibadah para muslimah pada masa terbaik (zaman Nabi), namun setidaknya jejak semangat mereka dalam beramal masih tetap tertinggal di dada para muslimah, meskipun tengah berhalangan saat haid, semampu kita. Insyaallah.

Islamic Tazkirah

2 comments:

penGenalan haYatkU said...

alhamdulillah..trm ksh.. dpt gak ilmu yg saya kurang pasti selama nih...>,<

Unknown said...

:-)

Post a Comment

 
Design by BeritaHangat™ | Bloggerized by BeritaHangat™ - Premium Blogger Themes | BeritaHangat™ Hot Story